“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” QS. Al-Isra’, 17: 23. Mengatakan “Ah!” saja pada orang tua ketika beliau menyuruh kita sesuatu menurut Allah dan rasulnya adalah dosa.
Hanya saja konteks “Ah!” dan perintah orang tua harus dipertegas disini. Ketika orang tua memberikan perintah bangun tidur untuk shalat shubuh atau perintah yang sifatnya mendidik hingga kelak dikemudian hari sang anak menjadi pribadi yang baik dan bertanggung jawab, maka perintah itu adalah wajib dan mengatakan “Ah!” adalah penyangkalan dan dapat dianggap berdosa. Namun ketika konteksnya orang tua memberikan perintah yang menurut hukum agama dan nilai-nilai kemanusiaan itu bertentangan maka perintah orang tua tersebut layak untuk kita lawan, kita tentang. Seperti orang tua mengajak tidak shalat, tidak puasa, bahkan mengajari menipu, berbohong, indisipliner, mencuri, meminum alkohol, dugem, dst. Hanya saja perlawanan itu harus dengan bahasa yang baik dan halus.
Kita pun boleh membantah orang tua yang korupsi, apalagi uang korupsinya digunakan untuk ibadah seperti menafkahi keluarga, berzakat, sedekah ataupun pergi haji ke Tanah Suci Mekkah. Orang tua yang mendapatkan posisi dan jabatan dengan suap dan sogok, seperti untuk jadi PNS, ataupun anggota dewan, di pusat ataupun daerah, pun ini layak untuk dilawan, setidaknya dalam hati, kita tidak membenarkan perbuatan tersebut dan berjanji tidak akan meniru kelak bila sudah dewasa.
Melawan “orang tua” yang bisanya cuma curat minta naik gaji, tapi kerjanya belum kelihatan hasilnya, inipun layak untuk dilawan. “…Hanya ada satu kata LAWAN…!”
* Penulis adalah Guru Sejarah SMA Avicenna Cinere
Tidak ada komentar:
Posting Komentar